Minggu, 25 November 2018

Bipolar


BIPOLAR
Bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi dan polar, bi berarti dua dan polar berarti kutub, maka bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang bertolak belakang (Panggabean&Rona, 2015). Dua kutub yang dimaksud adalah depresi dan manik. Depresi didefinisikan sebagai kedaan emosional yang ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan rasa bersalah, menarik diri dari orang lain, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya dilakukan (Davison, Neal, & King, 2010). Manik didefinisikan sebagai keadaan emosional dengan kegemberiaan yang berlebihan, mudah tersinggung, disertai hiperaktivitas, berbicara lebih banyak dari biasanya, serta pikiran dan perhatian yang mudah teralih (Davison dkk, 2010). Orang dengan gangguan bipolar akan mengalami dua fase perasaan tersebut dalamhidupnya.
Perbedaan yang mendasar antara orang dengan gangguan bipolar dan yang tidak menderita bipolar adalah terkadang orang dengan bipolar akan merasa sedih atau gembira tanpa perlu suatu alasan yang jelas, pemicu kesedihan yang terlihat sederhana bagi orang lain bisa menimbulkan depresi yang berkepanjangan di mana penderita bipolar merasa sulit keluar dari perasaan tersebut (Panggabean &Rona, 2015).

A.    Cara mencegah bipolar
Tidak ada cara untuk mencegah penyakit ini. Jika Anda menemukan diri Anda atau anggota keluarga Anda memiliki perubahan mood yang mempengaruhi kehidupan normal, atau diragukan ini adalah gejala penyakitnya, Anda harus mencari saran medis, dan perawatan segera membantu mencegah penyakit memburuk.
Secara umum, ketika dihadapkan pada stres kerja atau hidup, orang harus mencari cara dan saluran untuk memudahkannya; jaga gaya hidup yang benar, dan lakukan lebih banyak latihan, yang bisa menurunkan kemungkinan terkena penyakit ini.
B.     Pengobatan Bipolar
Perawatan bagi penderita bipolar disorder tidak dapat menyembuhkan penderita namun dapat menstabilkan perubahan mood Anda. Perawatan yang cocok bagi Anda akan ditentukan oleh psikiater (seorang dokter yang khusus menangani gangguan kondisi mental). Tergantung kondisi Anda, beberapa perawatan yang akan diberikan untuk gangguan bipolar adalah:
1.      Terapi Obat
Dokter Anda dapat menganjurkan resep untuk menstabilkan mood anda. Obat tersebut dapat membantu mengurangi gejala yang Anda alami. Anda mungkin diharuskan untuk mengonsumsi obat yang diresepkan dalam jangka waktu yang lama untuk mencegah suatu episode depresi yang dapat menyebabkan bunuh diri. Obat-obatan yang ada biasanya tediri dari antidepresan, penstabil mood, antipsikotik, dan obat anti stress.
2.      Konseling
Anda mungkin akan perlu melakukan konseling untuk membicarakan kondisi Anda dan bagaimana cara melewati episode emosi yang Anda alami. Carilah suatu komunitas yang dapat membantu Anda dengan gangguan ini.
3.      Perawatan penyalahgunaan zat tertentu
Apabila Anda menderita suatu ketergantungan pada zat tertentu, sangat penting untuk menanggulangi ketergantungan tersebut, karena kondisi tersebut akan menyulitkan Anda dalam meringankan kondisi yang Anda alami.
4.      Perawatan rumah sakit
Dalam kasus yang lebih parah, Anda akan diharuskan untuk dirawat di rumah sakit untuk pengawasan berkala. Perawatan tersebut khususnya terjadi apabila Anda mengalami tanda-tandan ingin melakukan bunuh diri. Pada level ini, Anda bisa saja melukai diri Anda sendiri dan orang lain. Tidak semua situasi sama, jadi lebih baik selalu diskusikan setiap keluhan yang Anda miliki kepada psikiater.

C.     Penyebab terjadinya Bipolar
-          Keturunan
Kembar identik pasien dan kerabat langsung memiliki kesempatan lebih tinggi terkena penyakit ini.
-          Struktur Otak
Studi menemukan bahwa pasien gangguan afektif bipolar memiliki struktur otak yang berbeda dengan orang biasa, jadi ini mungkin penyebab gangguan afektif bipolar.
-          Malajustment neurotransmitter otak
Sekresi neurotransmiter otak seperti dopamin, serotonin atau noradrenalin menjadi tidak normal.
-          Perubahan hormone
Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan gangguan afektif bipolar.
-          Faktor lainya
Stres, penyalahgunaan obat-obatan atau mengalami perubahan berat dapat menyebabkan gangguan afektif bipolar.

D.    Tanda-tanda dan gejala bipolar
Saat seseorang terkena kondisi gangguan bipolar, ia akan mengalami perasaan emosional yang hebat dan terjadi pada suatu periode tertentu atau dikenal dengan “episode mood”. Setiap episode mood menunjukkan perubahan drastis dari mood dan perilaku normal orang tersebut. Suatu episode di mana ia terlihat terlalu bahagia dan bersemangat disebut episode manic sedangkan episode depresif menunjukkan suatu bentuk kesedihan yang ekstrem dan kehilangan kemauan. Kadang, sebuah episode mood juga menunjukkan kedua gejala mania dan depresi.
Episode tersebut dinamakan kondisi campuran. Penderita juga akan menjadi sangat mudah tersinggung dan marah-marah dalam sebuah episode mood. Perubahan mood ini juga biasanya disertai perubahan ekstrem yang menyangkut energi, aktivitas, pola tidur, dan perilaku sehari-hari.

Selama episode manic, beberapa ciri dan gejala yang dapat muncul dari gangguan bipolar:
-          Merasa terlalu bahagian dan bersemangat
-          Sangat sensitive dan mudah tersinggung
-          Banyak makan
-          Kurang tidur
-          Bersikap gegabah dan melakukan kegiatan-kegiatan beresiko
-          Berbicara dengan sangat cepat dan mengubah topic pembicaraan dari satu topic ke topic yang lainnya
-          Mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan penilaian atau pembuatan keputusan sendiri

DAFTAR PUSTAKA
Puba,R.A & Kahija,Y.F.L.(2017). Pengalaman terdiagnosis bipolar: sebuah interpretative Phenomenological analysis.Jurnal Empati. 7(3). 323-329.


Senin, 19 November 2018

Komunikasi orangtua dengan anak autis


KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya bahkan dalam usaha pendidikan dan pembinaanuntuk menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani dan sosial. Didalam keluarga orang tua (ayah-ibu) mempunyai tugas, fungsi dan peran yang sangat penting dalam menuntun dan mengarahkan proses pertumbuhan dan perkembangan emosi,berpikir dan sosial psikologis serta rohani anak menuju kematangan/kedewasaan yang cerdas, terampil dan berbudi pekerti yang luhur. Setiap Bapak atau ibu pasti mengharapkan bahwa kelahiran anak/buah hati cinta kasih mereka dalam keadaan normal, namun dalam kenyataan kadangkala harapan atau impian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan karena dalam proses kelahiran bahkan sesudah kelahiran anak mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal atau mengalami beberapa gangguan tertentu sehingga anak memiliki kebutuhan khusus seperti gangguan pada anak autis.
Beberapa permasalahan yang secara umum terdapat pada anak dengan gangguan autis adalah pada aspek sosial dan komunikasi yang sangat kurang atau lambat serta perilaku yang repetitif atau pengulangan dan keadaan ini dapat kita amati pada anak seperti kekurang mampuan anak untuk menjalin interaksi sosial yang timbal balik secara baik dan memadai, kurang kontak mata, ekspresi wajah yang kurang ceria atau hidup serta gerak-gerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak dapat bermain dengan teman sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung menjadi penyendiri bahkan tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam bidang atau aspek komunikasi anak autis juga mengalami permasalahan pada kemampuan berbicara yang sangat lambat, bahkan wicaranya sama sekali tidak berkembang serta tidak ada usaha dari sang anak untuk dapat mengimbangi komunikasi dengan orang lain atau kalau anak autis bisa/dapat berbicara maka bicaranya tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi dengan orang lain tetapi dengan dirinya sendiri dan sering pula menggunakan bahasa atau kata-kata yang aneh yang tidak dimengerti serta diulang-ulang. Cara bermain anak autis sangat kurang variatif, kurang imajinatif serta tidak dapat meniru, secara tiba-tiba sering menangis tanpa sebab, menolak untuk dipeluk, tidak menengok atau menoleh bila dipanggil namanya bahkan tidak tertarik pada berbagai jenis atau bentuk permainan, namun seringkali bermain dengan benda-benda yang bukan permainan, misalnya bermain sepeda bukan dinaiki tapi sepeda tersebut dibalik dan ia memutar-mutar bolanya. Anak dengan gangguan autis juga sering menunjukkan kemampuan atau ketrampilan yang sangat baik tapi sebaliknya sangat terlambat misalnya dapat menggambar sesuatu objek secara baik dan rinci tapi sebaliknya tidak dapat mengancing bajunya, pintar atau trampil bongkar pasang permainan tertentu tapi sangat sulit/sukar mematuhi dan mengikuti perintah, dapat berjalan tepat pada usia normal tapi tidak dapat berkomunikasi, sangat lancar membeo bicara tapi tidak dapat atau sulit berbicara dari diri sendiri, pada suatu waktu dapat secara tepat dan cepat melakukan sesuatu tapi pada lain waktu tidak sama sekali.  Mendapati kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak bermasalah seperti ini maka sangat beragam reaksi dari orang tua dan dapat diduga bahwa reaksi utama yang paling mungkin ditampilkan oleh para orang tua atau keluarga adalah kekecewaan dan kesedihan serta kebingungan yang mungkin seterusnya akan disusul dengan rasa malu sehingga membuat orang tua memilih untuk bersembunyi bahkan menutup-nutupi keadaan buah hati mereka dari lingkungan sekitarnya dengan mengurung anak di dalam rumah bahkan kamar tertentu, serta mengucilkan anak dari lingkungan mereka ketimbang mencari keterangan/informasi yang benar mengenai gangguan atau kelainan tumbuh kembang anak mereka.berkembang serta tidak ada usaha dari sang anak untuk dapat mengimbangi komunikasi dengan orang lain atau kalau anak autis bisa/dapat berbicara maka bicaranya tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi dengan orang lain tetapi dengan dirinya sendiri dan sering pula menggunakan bahasa atau kata-kata yang aneh yang tidak dimengerti serta diulang-ulang. Cara bermain anak autis sangat kurang variatif, kurang imajinatif serta tidak dapat meniru, secara tiba-tiba sering menangis tanpa sebab, menolak untuk dipeluk, tidak menengok atau menoleh bila dipanggil namanya bahkan tidak tertarik pada berbagai jenis atau bentuk permainan, namun seringkali bermain dengan benda-benda yang bukan permainan, misalnya bermain sepeda bukan dinaiki tapi sepeda tersebut dibalik dan ia memutar-mutar bolanya. Anak dengan gangguan autis juga sering menunjukkan kemampuan atau ketrampilan yang sangat baik tapi sebaliknya sangat terlambat misalnya dapat menggambar sesuatu objek secara baik dan rinci tapi sebaliknya tidak dapat mengancing bajunya, pintar atau trampil bongkar pasang permainan tertentu tapi sangat sulit/sukar mematuhi dan mengikuti perintah, dapat berjalan tepat pada usia normal tapi tidak dapat berkomunikasi, sangat lancar membeo bicara tapi tidak dapat atau sulit berbicara dari diri sendiri, pada suatu waktu dapat secara tepat dan cepat melakukan sesuatu tapi pada lain waktu tidak sama sekali.
 Mendapati kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak bermasalah seperti ini maka sangat beragam reaksi dari orang tua dan dapat diduga bahwa reaksi utama yang paling mungkin ditampilkan oleh para orang tua atau keluarga adalah kekecewaan dan kesedihan serta kebingungan yang mungkin seterusnya akan disusul dengan rasa malu sehingga membuat orang tua memilih untuk bersembunyi bahkan menutup-nutupi keadaan buah hati mereka dari lingkungan sekitarnya dengan mengurung anak di dalam rumah bahkan kamar tertentu, serta mengucilkan anak dari lingkungan mereka ketimbang mencari keterangan/informasi yang benar mengenai gangguan atau kelainan tumbuh kembang anak mereka.
A.    ANAK DENGAN GANGGUAN AUTIS
Menurut Sunu, (2012:7), autisme berasal dari kata ‘auto’ yang artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala autisme seringkali memang terlihat seperti seorang yang hidup sendiri. Mereka seolah-olah hidup di dunianya sendiri dan terlepas dari kontak sosial yang ada di sekitarnya. Sedangkan pandangan dari Priyatna (2010:2) menyatakan bahwa autisme mengacu pada nproblem dengan interaksi sosial, komunikasi dan bermain dengan imajinatif yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah tiga tahun dan mereka mempunyai keterbatasan pada level aktifitas dan interest dan hampir tujuh puluh lima persen dari anak autispun mengalami beberapa derajat retardasi mental.
Autisme juga merupakan sebuah gejala yang kompleks, karena kelainan pada anak autisme seringkali tidak hanya terjadi pada satu bagian, namun meliputi banyak faktor. Di bawah ini beberapa faktor penyebab kelainan yang bisa terjadi pada anak autisme:
1)      Kelainan anatomis otak: kelaianan pada bagian-bagian tertentu otak yang meliputi cerebellum (otak kecil), lobus parietalis, dan sistem limbik ini mencerminkan bentukbentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak-anak autis.
2)      Faktor pemicu tertentu saat hamil: terjadi pada masa kehamilan 0-4 bulan, bisa
diakibatkan karena:
 Polutan logam berat
 Infeksi
 Zat adiktif
 Hiperemesis
 Pendarahan berat
 Alergi berat
3)      Zat- zat adiktif yang mencemari otak anak:
 asupan MSG
 protein tepung terigu, protein susu sapi
 zat pewarnaan
 bahan pengawet
4)      Gangguan sistem pencernaan: seperti kurangnya enzim sekretin diketahui berhubungan dengan munculnya gejala autisme.
5)      Kekacauan interpretasi dari sensori: yang menyebabkan stimulus dipersepsi secara berlebihan oleh anak sehingga menimbulkan kebingungan juga menjadi salah satu penyebab autisme.
6)      Jamur yang muncul di usus anak: akibat pemakaian antbiotik yang berlebihan dapat memicu ganguan pada otak.

B.     PENTIGNYA KELUARGA
Emosi yang menyertai orang tua di masa-masa awal ketika anaknya mendapat
diagnosa autis memang seringkali campur aduk. orang tua biasanya merasa: sedih, kecewa, bersalah atau mungkin marah dan bingung. Ini adalah hal wajar. Anda sedang menginjakan kaki di dunia yang belum pernah anda datangi. Untuk membesarkan seorang anak autis memang butuh ilmu dan usaha sendiri. Anda tidak dapat membesarkan seorang anak autis sendirian, kita butuh dukungan dari banyak pihak untuk melakukan ini sehingga mampu memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak-anak kita.
Perlu dipahami bahwa anak autis dapat mencapai pertumbuhan yang optimal jika didukung dengan penanganan yang baik. Penanganan yang baik ini membutuhkan keterbukaan dari orangtua untuk mengkomunikasikan kondisi anak mereka secara jujur pada dokter jiwa anak, dokter anak, terapis, psikolog, guru di sekolah, termasuk saudarasaudara di dalam keluarga besar. Jadi bekerjasamalah dengan mereka. Keluarga merupakan lingkungan dimana anak menghabiskan waktunya selama masa-masa pertumbuhan. Itu kenapa kita perlu mengatur agar keluarga menjadi sebuah lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal. Orangtua harus terlebih dahulu menerima kondisi anaknya sebagaimana adanya. Meskipun pada awalnya perlu banyak menggali informasi dari para ahi yang ada, pada akhirnya orangtua yang akan bertindak sebagai manajer bagi semua ahli yang menangani anaknya. Di rumah, perlu dilatih baby sitter atau anggota keluarga lain di rumah bagaimana cara terbaik untuk.

Boham,S.E.(2013).Pola komunikasi orang tua denga anak autis. Jurnal Volume. 4(2). 1-18

Sabtu, 10 November 2018

Kecemasan


Nama   : Rizki Fauzan Pratama
Kelas   :           4PA09
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah. Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62). Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a.       Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b.      Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c.       Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d.      Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e.       Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a.       Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b.      Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen
c.       Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu:
1.      Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.
2.      State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu dengan adanyaperasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif. Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan kecemasan dalam tiga jenis, yaitu:
a.        Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.
b.       Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat dihukumkembali.
c.        Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

Upaya untuk mengurangi kecemasan:
Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan menghilangkan sebeb-sebabnya. Menurut Zakiah Daradjat (1988: 29) adapun cara-cara yang dapat dilakukan, antaralain:
1.       Pembelaan Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan tetapi membelanya, sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan untuk membujuk atau membohongi orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri, supaya tindakan yang tidak bisa diterima itu masih tetap dalam batas-batas yang diingini oleh dirinya.
2.        Proyeksi Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.
3.       Identifikasi Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain. Apabila ia melihat orang berhasil dalam usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat orang kecewa ia juga ikut merasa sedih.
4.        Hilang hubungan (disasosiasi) Seharusnya perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu sama lain. Apabila orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan sengaja menyinggung perasaannya, maka ia akan marah dan menghadapinya dengan balasan yang sama. Dalam hal ini perasaan, fikiran dan tindakannya adalah saling berhubungan dengan harmonis. Akan tetapi keharmonisan mungkin hilang akibat pengalaman- pengalaman pahit yang dilalui waktu kecil. 5. Represi Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk memelihara diri supaya jangan terasa dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu terjadi secara tidak disadari. 6. Subsitusi Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu, karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.















Daftar pustaka
Annisa, D.F, Idil. (2016). Konsep kecemasan pada lanjut usia. Konselor. 5(2), 1-7.

Kamis, 08 November 2018

skizofrenia



Nama                                      : Rizki Fauzan Pratama
NPM                                       : 16515145
Jurusan                                  : Psikologi
  
Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang atau pola asuhanak yang tidak baik sampai bencana alamyang melanda negara kita. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, maka ada kecenderungan seseorang untuk mengalami skizofrenia. Orang yang mengalami skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu unsur kehidupan yang terpenting. Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan antipsikotik. . Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif mengobati skizofrenia. Orang yang rentan terkena skizofrenia adalah mereka yang memiliki keturunan wiraya keluarga skizofrenia, mereka yang terjangkit virus saat berada dalam kandungan, pemakai narkoba. Skizofrenia dapat dicegah dengan cara menghindari penyalahgunaan narkoba. Pilih metode yang sesuai untuk menghilangkan stres, menjaga pola pikir positif, dan luangkan waktu istirahat yang cukup untuk membantu menjaga kesehatan mental Anda.
Gejala skizofrenia diawali dengan  Gejala positif dan negative “Gejala positif”, juga disebut sebagai “gejala akut”, merupakan pikiran dan indera yang tidak biasa, bersifat surreal, yang mengarah ke perilaku pasien yang tidak normal. Gejala-gejala ini bisa kambuh, termasuk: Delusi: memiliki keyakinan yang kuat terhadap suatu hal tanpa dasar yang jelas, tetap teguh walaupun bukti menyatakan sebaliknya dan tidak bisa dikoreksi dengan logika dan akal sehat, misalnya berpikir bahwa dirinya dianiaya, seseorang sedang mengendalikan pikiran dan perilakunya, atau berpikir bahwa orang lain sedang membicarakannya. Halusinasi: pasien merasakan sesuatu yang sangat nyata, yang sebenarnya tidak ada, misalnya melihat beberapa gambar yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, mendengar suara atau sentuhan yang tidak ada.  Gangguan pikiran: pikiran tidak jelas, kurangnya kontinuitas dan logika, bicara dengan tidak teratur, berbicara dengan dirinya sendiri atau berhenti berbicara secara tiba-tiba, Perilaku aneh, berbicara dengan dirinya sendiri, menangis atau tertawa secara tidak terduga atau bahkan berpakaian dengan cara yang aneh, sedangkan gejala negif, juga disebut sebagai “gejala kronis”, lebih sulit untuk dikenali dari pada “gejala positif” dan biasanya menjadi lebih jelas setelah berkembang menjadi gejala positif. Jika kondisinya memburuk, kemampuan kerja dan perawatan diri pasien akan terpengaruh. Gejala-gejala ini antara lain: Penarikan sosial: menjadi tertutup, dingin, egois, terasing dari orang lain, dll. Kurangnya motivasi: hilangnya minat terhadap hal-hal di sekitarnya, bahkan kebersihan pribadi dan perawatan diri. Berpikir dan bergerak secara lambat, Ekspresi wajah yang datar.
Jika Anda merasa bahwa teman-teman atau keluarga Anda mengalami gejala di atas, Anda wajib mendorong mereka untuk berkonsultasi kepada dokter keluarga, yang akan merujuk mereka ke psikiater, bila diperlukan. Selain pemeriksaan tubuh secara normal, dokter mungkin akan melakukan tes kesehatan berikut ini untuk keperluan diagnosis skizofrenia, tergantung pada kondisi pasien:
1.      Evaluasi psikologis: melalui percakapan, kuesioner, dll, dokter bisa memahami dan menganalisis gejala-gejala pasien, untuk mendiagnosis apakah pasien menderita skizofrenia atau penyakit mental lainnya. Skizofrenia bisa dibagi lagi menjadi jenis Paranoid, Katatonik, Tidak Terorganisir, dan Residual. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien mengonsumsi minuman beralkohol atau narkoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi diri pasien.
2.       Analisis sampel darah, pemindaian tomografi terkomputerisasi atau MRI
(pencitraan resonansi magnetik - magnetic resonance imaging) bisa membantu menyingkirkan diagnosis gangguan fisik lain yang bisa menyebabkan gejala yang menyerupai penyakit skizofrenia.
Tindakan pengobatan terhadap skizofrenia
1.      Obat
Obat bisa mengurangi atau menghilangkan gejala positif dari pasien secara efektif, misalnya delusi, halusinasi, dan pikiran yang tidak teratur. Obat juga bisa mengendalikan kecemasan dan membantu pasien untuk kembali ke kehidupan nyata. Namun ada efek samping dari obat yang dikonsumsi, misalnya kekakuan otot, gerakan yang lambat, tangan gemetar, mulut kering, sembelit, kelelahan, detak jantung yang cepat, dan peningkatan berat badan. Dokter biasanya meresepkan dua jenis obat antipsikotik (obat untuk penyakit mental), yang merupakan antipsikotik tipikal (misalnya Haloperidol, Thioridazine, dan Fluphenazine) dan antipsikotik atipikal (misalnya Clozapine, Risperidone, dan Olanzapine). Dokter akan meresepkan berbagai jenis obat yang berbeda, tergantung pada kondisi pasien, status pengobatan, dan reaksi pasien terhadap obat. Kedua jenis obat bisa memberikan efek samping yang berbeda.
2.      Pengobatan ajuvan
Rehabilitasi bisa membantu dan melatih pasien untuk menghadapi dan mengelola kehidupan mereka sehari-hari. Tergantung pada kondisi tiap individu, para ahli medis profesional akan menetapkan program pengobatan yang sesuai bagi diri pasien, misalnya pelatihan perawatan diri (termasuk kebersihan diri, memasak, keselamatan rumah tangga, adaptasi terhadap masyarakat, dan penggunaan uang), pelatihan kemampuan kerja manajemen stres, dan keterampilan interpersonal dengan anggota keluarga lainnya. Dukungan keluarga juga sangat penting bagi pasien. Jika keluarganya menghadapi pasien skizofrenia dengan cara dan sikap yang benar, mendukung pasien dengan mengikuti program pengobatan dengan benar, dan mengawasi perubahan kondisi dan gejalanya, maka pasien akan mendapatkan perawatan yang lebih baik. Namun, anggota keluarganya juga harus memperhatikan kesehatan fisik dan mental mereka sendiri, belajar bagaimana cara untuk bersantai, dan mencari bantuan jika diperlukan saat merawat pasien. Anggota keluarga harus menahan diri untuk tidak mengungkapkan komentar secara kritis, membuat sikap bermusuhan, dan menumbuhkan perasaan ikut campur secara berlebihan kepada diri pasien. Menurut penelitian yang dilakukan, sikap-sikap yang tidak diinginkan ini (emosi yang dikeluarkan secara negatif) telah terbukti meningkatkan tingkat kekambuhan penyakit skizofreniaLingkungan sekitar akan memengaruhi kondisi perawatan diri pasien. Biasanya tempat-tempat yang dirasakan paling nyaman oleh pasien akan dipilih, misalnya perawatan di rumah. Jika ada kebutuhan khusus, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Cara untuk merawat pasien skizofrenia:
Skizofrenia memiliki tingkat kekambuhan yang sangat tinggi, pasien harus berkonsultasi kepada dokter secara berkala dan minum obat dengan dosis dan interval waktu seperti yang ditetapkan oleh dokter. Bagi sebagian besar pasien, pengobatan jangka panjang bisa mengurangi kemungkinan kambuh secara signifikan dan menjaga diri pasien dalam keadaan rehabilitasi. Selain itu, pasien harus menjalani pelatihan rehabilitasi, kembali ke masyarakat secara bertahap untuk pemulihan yang lebih cepat.
            Anggota keluarga wajib mendukung dan membantu pasien untuk mengikuti program pengobatan serta mengikuti kegiatan sosial, demi mendapatkan kehidupan sosial yang lebih baik. Selain itu, anggota keluarga harus mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan pasien dengan cara yang lebih positif dan bersifat langsung, memperhatikan peningkatan kesehatan pasien, dan memberikan pujian dan dorongan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien.


Daftar Pustaka
Jarut,Y.M , Wiyono,W.I. Tujuan penggunaan anti psikotik pengobatan skozofrenia dirumah sakit.Jurnal Ilmia Farmasi. 2(3), 1-4