Senin, 04 Februari 2019

Kleptomania


Kleptomania
a.     Definisi

Kleptomania adalah kondisi kambuhan di mana seseorang mengalami kesulitan menahan keinginan untuk mencuri barang yang umumnya tidak dibutuhkan dan yang biasanya tidak terlalu berguna. Kleptomania adalah gangguan kesehatan jiwa serius yang dapat menyebabkan luka batin mendalam bagi Anda dan orang-orang terdekat jika tidak terobati.

b.     Tanda-tanda dan gejala

Gejala kleptomania mungkin termasuk:
·       Tidak mampu menahan keinginan yang kuat untuk mencuri barang yang tidak Anda butuhkan
·       Merasa tertekan, cemas, atau terangsang yang mengakibatkan pencurian
·       Merasa senang atau puas saat mencuri
·       Merasa sangat bersalah, menyesal, membenci diri sendiri, malu, atau takut ditangkap setelah mencuri
·       Kembalinya keinginan untuk mencuri dan siklus kleptomania yang kambuh

Apakah ada ciri-ciri untuk mengenali orang yang menderita kleptomania? Jawabannya, ya. Orang dengan kleptomania umumnya menunjukkan ciri-ciri atau karakteristik berikut:

·       Berbeda dengan pengutil biasanya, pengidap kleptomania tidak terus-menerus mencuri untuk keuntungan pribadi, karena nekat atau memberontak. Mereka mencuri hanya karena keinginan mereka sangat kuat sehingga mereka tidak sanggup menahannya.
·       Episode kleptomania umumnya muncul secara spontan, biasanya tanpa bantuan atau kerjasama dari orang lain.
·       Kebanyakan orang dengan kleptomania mencuri dari tempat umum, misalnya toko dan supermarket. Beberapa mungkin mencuri dari teman atau kenalan, seperti di pesta.
·       Sering kali, barang yang dicuri tidak berharga bagi pengidap kleptomania, dan orang tersebut sanggup membelinya.
·       Barang curian biasanya disimpan, tidak pernah digunakan. Barang-barang mungkin juga disumbang, diberikan kepada keluarga atau teman, atau bahkan diam-diam dikembalikan ke tempat dimana mereka dicuri.
·       Keinginan mencuri mungkin datang dan pergi atau mungkin muncul dengan intensitas yang lebih besar atau lebih kecil sepanjang waktu.

c.     Penyebab
Penyebab kleptomania tidak diketahui. Beberapa teori yang menduga adanya perubahan di dalam otak mungkin merupakan akar kleptomania.

d.     Factor-faktor dan risiko

Kleptomania dianggap tidak umum. Namun, karena banyak orang dengan kleptomania tidak pernah mencari perawatan, atau mereka hanya takut dipenjara setelah mencuri berulang kali, banyak kasus kleptomania mungkin tidak pernah terdiagnosis. Kleptomania sering dimulai pada masa remaja atau dewasa muda, tapi dalam kasus langka mulai pada tahap dewasa yang lebih tua.

Faktor risiko kleptomania mungkin termasuk:

·       Riwayat keluarga. Memiliki kerabat kandung, seperti orangtua atau saudara, dengan kleptomania, kelainan obsesif-kompulsif, atau masalah penyalahgunaan zat terlarang atau alkohol, mungkin meningkatkan risiko kleptomania.
·       Wanita. Sekitar dua pertiga pengidap kleptomania adalah wanita.
·       Memiliki penyakit kejiwaan lain macam kelainan bipolar, gangguan kecemasan, masalah penggunaan zat terlarang atau gangguan kepribadian.
·       Trauma kepala atau cedera otak.

e.     Obat dan pengobatan

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk kleptomania?

Kleptomania sulit diatasi oleh diri sendiri. Tanpa pengobatan, kleptomania menjadi kondisi yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Pengobatan kleptomania umumnya melibatkan obat-obatan dan psikoterapi, terkadang bersama dengan kelompok bantuan diri. Namun, tidak ada pengobatan kleptomania standar, dan peneliti masih mencoba untuk mengerti apa yang bekerja terbaik. Anda mungkin harus mencoba beberapa jenis pengobatan untuk menemukan sesuatu yang manjur bagi Anda.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk kleptomania?

Ketika Anda memutuskan untuk mencari perawatan gejala kleptomania, Anda boleh mengikuti penilaian fisik dan psikologis. Pemeriksaan fisik dapat menentukan apakah ada kemungkinan penyebab medis yang memicu gejala. Banyak ahli menggunakan kriteria pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-5, yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, untuk mendiagnosis kondisi kejiwaan. Manual ini juga digunakan oleh perusahaan asuransi untuk membayar pengobatan.

Kriteria DSM-5 untuk kleptomania memiliki ciri-ciri ini:

·       Anda tidak mampu menahan keinginan mencuri barang yang tidak dibutuhkan untuk kebutuhan pribadi atau nilai moneter yang terjadi berulang kali
·       Anda semakin tegang segera sebelum mencuri
·       Anda merasa senang, reda atau puas selama mencuri
·       Pencurian tidak dilakukan sebagai cara untuk balas dendam atau untuk mengutarakan kemarahan dan tidak dilakukan saat berhalusinasi atau delusi
·       Pencurian tidak terkait dengan kelainan konduksi, episode kelainan bipolar manik atau gangguan kepribadian antisosial



Anorexia Nervosa


Anorexia nevosa
a.     Pengertian
noreksia nervosa adalah suatu gangguan pola makan yang tidak sehat yang ditandai dengan memiliki berat badan yang terlampau rendah  untuk usia dan tinggi badan orang tersebut. Orang-orang yang menderita gangguan emosi ini mengalami ketakutan yang teramat sangat terhadap kenaikan berat badan, bahkan saat mereka sebenarnya sudah sangat kurus.

Mereka berusaha untuk menguruskan badannya lagi dengan berbagai cara seperti:
·       melakukan diet ketat.
·       melakukan kegiatan fisik secara berlebihan.
·       mengonsumsi obat pencuci perut.
·       selalu memuntahkan makanannya yang telah dimakan dengan disengaja.

Seberapa umum anoreksia nervosa?

Anoreksia nervosa lebih umum menyerang wanita dibanding pria. Sering kali kondisi ini mulai timbul saat masa praremaja, selama masa remaja, maupun masa awal dewasa. Pola makan menyimpang ini dapat menyebabkan rendahnya berat badan yang sangat ekstrem dan dapat mengancam kehidupan apabila tidak ditangani dengan segera. Selalu berkonsultasi dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

b.     Tanda-tanda dan gejala

Gejala dan ciri anoreksi nervosa yang umum terjadi:

·       Ketakutan yang teramat sangat terhadap penambahan berat badan atau menjadi gemuk, bahkan saat sudah kurus
·       Memuntahkan makanan  secara disengaja
·       Meminum obat-obatan yang menstimulasi buang air kecil dan buang air besar
·       Mengonsumsi berbagai jenis obat diet
·       Tidak makan atau makan dengan jumlah yang sangat sedikit
·       Banyak berolahraga bahkan saat cuaca buruk atau sakit dan lelah (olahraga berlebihan)
·       Menimbang-nimbang ukuran makanan dan menghitung kalori makanan
Anorexia juga dapat menyebabkan efek psikologis yang membuat seseorang tidak berperilaku sebagaimana biasanya. Mereka dapat berbicara banyak mengenai berat badan dan makanan, tidak makan di depan orang banyak, menjadi moody dan sedih, atau bahkan tidak mau bersosialisasi bersama teman-teman. Penderita anoreksia juga dapat mengalami gangguan fisik dan psikologis, seperti:

·       Depresi
·       Tidak menstruasi (amenore)
·       Dehidrasi
·       Osteoporosis
·       Rambut yang tipis dan mudah rontok
·       Irama jantung yang tak beraturan

c.     Penyebab
Penyebab anoreksia nervosa yang paling utama sampai saat ini masih belum diketahui. Berbagai faktor dapat termasuk seperti depresi dan berbagai gangguan mental lainnya, dapat menimbulkan seseorang mengalami perilaku makan menyimpang ini. Selain itu, lingkungan dan media sosial juga dapat memengaruhi persepsi seseorang mengenai standar kecantikan yaitu postur tubuh yang sangat kurus.

d.     Factor-faktor risiko

Beberapa faktor risiko di bawah ini bisa membuat Anda berpeluang terkena anoreksia nervosa, yakni:

·       Riwayat keluarga. Apabila Anda memiliki ibu atau saudara perempuan yang terkena anoreksia, Anda dapat menjadi sangat rentan terkena anoreksia.
·       Rendahnya rasa percaya diri. Seseorang yang menderita anoreksia bisa jadi tidak menyukai dirinya sendiri. Mereka bisa jadi sangat membenci penampilan mereka, atau merasa tidak memiliki harapan. Mereka sering kali menetapkan target yang sulit untuk dicapai bagi diri mereka demi menjadi atau merasa sempurna seperti yang mereka inginkan.
·       Perubahan kehidupan atau pengalaman yang membuat stress.
·       Kejadian traumatis seperti pemerkosaan, juga pengalaman yang membuat stres seperti memulai pekerjaan baru dapat menyebabkan anoreksia.
·       Pengaruh sosial media. Gambar-gambar di TV, internet, dan media cetak seringkali mengampanyekan tipe tubuh yang kurus terkesan lebih baik. Foto-foto tersebut mengindikasikan bahwa menjadi kurus adalah suatu kesuksesan dan kecantikan.

e.     Obat dan pengobatan

Tantangan terbesar dalam menangani seseorang dengan anorexia nervosa adalah menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki sebuah gangguan. Banyak penderita anoreksia menyangkal bahwa mereka memiliki pola makan yang tidak sehat. Para penderita yang pada akhirnya melakukan perawatan medis hanya mereka yang benar-benar serius. Penanganan bagi penderita anoreksia dapat berupa:
·       Terapi lewat percakapan sering kali dilakukan kepada pasien muda atau seseorang yang baru sebentar menderita anoreksia untuk menyemangati mereka kembali ke dalam pola makan yang sehat.
·       Melakukan terapi khusus yang disebut dengan cognitive behavioural therapy
·       Terapi kelompok
·       Terapi keluarga
·       Obat-obatan seperti antidepresi, antipsikotik, dan penstabil mood dapat membantu beberapa pasien anorexia saat diberikan sebagai bagian dari program perawatan yang komplit. Obat-obatan tersebut dapat membantu menangani depresi maupun perasaan gelisah.
apa saja jenis tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis anoreksia nervosa?
Dokter membuat diagnosis dari sejarah medis pasien (khususnya mengenai berat badan dan diet), pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium untuk menjabarkan kondisi-kondisi lain. Tidak ada suatu tes spesifik dibuat untuk mengetahui anoreksia. Penurunan berat badan yang ekstrem tanpa penyakit fisik, khususnya pada remaja wanita, seringkali merupakan suatu tanda yang penting.
Dokter mungkin akan bertanya:
·       Sudah berapa lama Anda mencemaskan berat badan Anda?
·       Apakah Anda berolahraga secara teratur?
·       Apakah Anda menggunakan suatu metode tertentu dalam menurunkan berat badan?
·       Pernahkah Anda muntah saat merasa terlalu kenyang?
·       Pernahkah ada seseorang yang mengatakan bahwa Anda terlalu kurus?
·       Apakah Anda sering berpikir mengenai makanan?
·       Pernahkah Anda menyimpan makanan untuk dimakan nanti?
·       Apakah ada keluarga Anda yang juga mengalami gangguan pola makan?
Apabila terdapat kemungkinan anoreksia, dokter akan meminta Anda melakukan serangkaian tes tambahan, yakni:

·       Albumin
·       Tes kepadatan tulang untuk memeriksa tulang tipis (osteoporosis)
·       CBC
·       Elektrokardiogram (ECG atau EKG)
·       Elektrolit
·       Tes fungsi ginjal
·       Tes fungsi hati
·       Jumlah protein
·       Tes fungsi tiroid
·       Urinalisis

somatofom disorder


Somatofom Disorder
a.     Definisi
Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis yang ditandai dengan sekumpulan gejala fisik yang tidak menentu dan tidak tampak pada pemeriksaan fisik. Stres bisa menimbulkan sakit dada atau punggung, lelah, pusing, atau tidak enak badan yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini kemungkinan merupakan tanda gangguan somatoform.

Gangguan somatoform adalah sekelompok gangguan kejiwaan di mana kita bisa merasakan adanya gejala sakit fisik yang nyata di tubuh kita, namun setelah diperiksakan ke dokter, ternyata tidak ditemukan kelainan secara fisik. Walau tidak ada sumber penyakit yang bisa ditemukan, rasa sakit yang dirasa tersebut nyata dan bukan imajinasi. Gangguan somatoform ini dapat terjadi saat kita sedang stres atau banyak pikiran. Untuk mendiagnosis gangguan somatoform, dokter perlu melakukan pemeriksaan medis yang lengkap dan teliti guna mencari penyebab yang mendasari keluhan tersebut.

b.     Penyebab
Hubungan antara tubuh dan pikiran sejauh ini belum sepenuhnya dipahami. Hingga saat ini, tidak ada yang tahu secara pasti mengapa gangguan somatoform bisa terjadi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena ada masalah dengan impuls saraf yang mengirim sinyal rasa sakit, stres, dan sensasi tidak menyenangkan lainnya ke otak.

Gangguan somatoform cenderung hilang timbul dari waktu ke waktu dan menurun dalam keluarga. Gangguan ini lebih sering terjadi pada orang yang menyalahgunakan alkohol dan narkoba, juga pada mereka yang memiliki kecenderungan berpikir negatif, sensitif terhadap nyeri baik secara fisik maupun emosional, memiliki riwayat pelecehan seksual atau pernah menjadi korban kekerasan fisik.

c.     Jenis- jenis

·       Gangguan somatisasi
Gangguan ini umumnya terjadi pada usia 18-30 tahun dan berlangsung selama bertahun-tahun. Penderitanya memiliki banyak gejala fisik di berbagai bagian tubuh, seperti gangguan pencernaan, sakit perut, mual, sakit kepala, kelelahan, masalah seksual, hingga masalah seputar menstruasi.Gangguan somatisasi tidak diketahui apa penyebabnya. Yang pasti, kelainan ini bisa sangat berdampak atau memengaruhi kehidupan sehari-hari dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Penderita gangguan ini pun sering mendapat rujukan ke berbagai spesialis dan menjalani banyak tes, karena tidak ada kelainan fisik yang ditemukan untuk menjelaskan gejalanya.

·       Hipokondriasis
Penderita hipokondriasis selalu khawatir jika mereka memiliki penyakit serius. Mereka percaya jika gejala yang mereka derita merupakan tanda-tanda penyakit medis yang sangat serius. Misalnya, percaya menderita tumor otak karena merasa sakit kepala, atau curiga terkena kanker kulit ketika ada ruam kecil di kulitnya.

·       Gangguan konversi
Pada gangguan konversi, penderitanya memiliki gejala yang menunjukkan adanya penyakit serius pada otak atau saraf, namun tidak dapat ditelusuri penyebab medisnya. Gangguan somatoform yang satu ini cenderung terjadi pada usia 18-30 tahun dan bisa berulang dari waktu ke waktu.Berbagai gejala gangguan konversi antara lain mati rasa, pendengaran terganggu atau tidak dapat mendengar, buta, gerak tubuh abnormal seperti tremor atau gontai ketika berjalan, atau bahkan lumpuh. Tanda-tanda tersebut bisa bertambah parah jika sedang stres. Gejalanya berlangsung selama beberapa minggu, tapi ada juga yang gejalanya menetap untuk jangka waktu yang lebih lama.

·       Gangguan dismorfik tubuh
Apabila kita menghabiskan banyak waktu mengkhawatirkan penampilan tubuh, mungkin kita menderita gangguan dismorfik tubuh. Penderita gangguan somatoform ini merasa memiliki cacat fisik, padahal sebenarnya tidak. Misalnya, penderita merasa memiliki bentuk telinga yang aneh, padahal bentuk telinganya normal. Atau memang memiliki kecacatan kecil, tapi cenderung terlalu membesar-besarkan kekhawatiran akan cacat tersebut.

·       Gangguan rasa sakit
Gangguan rasa sakit merupakan suatu kondisi di mana kita merasakan rasa sakit terus-menerus yang tidak ada hubungannya dengan penyakit fisik. Gejala utama gangguan somatoform yang satu ini adalah nyeri. Faktor psikologis berkontribusi terhadap serangan, tingkat keparahan, dan lama penyakit berlangsung.




d.     Pengobatan
Menjalin hubungan baik antara dokter dan pasien merupakan salah satu kunci utama dalam penanganan gangguan somatoform. Tujuan pengobatan pada gangguan somatoform adalah untuk membantu penderita agar mereka dapat menjalani hidup dengan normal dan membantu mengurangi gejala. Untuk menangani gejala akibat gangguan somatoform, dianjurkan untuk mengatasi terlebih dahulu masalah kesehatan mental yang mendasarinya. Jika masalah dasar tersebut sudah teratasi, maka gejala penyakit yang dirasakan akan berkurang dan membaik.

Dokter bisa menganjurkan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif guna membuat pasien mengerti alasan utama timbulnya gejala penyakit yang dia rasakan, dan memberikan obat-obatan antidepresan. Pemberian obat-obatan pada gangguan somatoform umumnya jika penderitanya mengalami kondisi psikologis tertentu seperti depresi atau gangguan kecemasan. Selain itu, dianjurkan agar pasien hanya berkonsultasi dengan satu dokter agar membantu mengurangi tes dan perawatan serta biaya pengobatan.

Jika Anda sedang stres atau banyak pikiran, disarankan untuk mengalihkannya dengan melakukan hal-hal yang Anda sukai, bermeditasi, olahraga, atau curhat pada teman atau keluarga. Pada saat beban pikiran dan stres hilang, gangguan somatoform pun akan lenyap.



Obesif kompulsif


Obesif kompulsif
a.     Definisi
Penyakit OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah gangguan obsesif kompulsif. Ini merupakan kelainan psikologis yang memengaruhi pikiran dan perilaku penderitanya.  Begitu seseorang memiliki penyakit OCD, pikiran dan rasa takut yang tidak diinginkan akan muncul secara terus menerus, menyebabkan penderita terobsesi pada sesuatu dan melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang sebagai respon terhadap ketakutannya. Misalnya, mengecek berulang kali apakah mereka telah mengunci pintu atau belum. Penderita OCD mungkin dapat mengabaikan pikiran itu, namun hal tersebut hanya akan membuat mereka merasa cemas dan tertekan sehingga akhirnya mereka harus melakukan sesuatu untuk melepas tekanan tersebut.

b.     Tanda-tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang dialami penderita penyakit OCD biasanya berupa munculnya perilaku obsesif dan kompulsif yang bukan disebabkan oleh penggunaan obat atau kondisi lainnya. Hal tersebut dapat menyebabkan stres dan memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya.  Ada banyak tipe perilaku obsesif kompulsif, di antaranya:

1.     Munculnya pikiran yang tidak diinginkan seperti merasa bertanggung jawab terhadap hal-hal buruk yang sudah atau mungkin terjadi

2.     Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kebersihan tubuh, kotoran, dan bakteri

3.     Rasa takut terhadap asap atau bahaya polutan secara berlebihan, karena berpikir akan langsung jatuh sakit bila terkena.

4.     Perilaku kompulsif, seperti:

·       Terbangun beberapa kali di tengah malam untuk memastikan apakah peralatan elektronik atau kompor sudah dimatikan, lampu sudah dikunci, atau jendela sudah ditutup
·       Mengurutkan pakaian, sepatu, atau cucian berdasarkan urutan tertentu untuk mengurangi kecemasan
·       Mencuci tangan berkali-kali karena takut terinfeksi bakteri (meskipun gejala ini tidak selalu terjadi)
·       Orang yang memiliki penyakit OCD seringkali tidak ingin bertingkah laku seperti itu, tetapi perilaku tersebut cenderung tidak dapat dikendalikan. Perilaku kompulsif ini biasanya mendominasi keseharian sehingga membuat penderitanya sulit untuk produktif dalam bekerja.

·       Mungkin terdapat beberapa tanda dan gejala yang belum disebutkan di atas. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai tanda dan gejala OCD, konsultasikan terhadap dokter Anda.

c.     Penyebab
Sejauh ini, para ilmuwan masih belum dapat menemukan penyebab pasti dari gangguan obsesif kompulsif. Beberapa faktor mungkin berpengaruh terhadap timbulnya penyakit ini, di antaranya:
·       Perkembangan psikologis
·       Cedera kepala
·       Infeksi
·       Kelainan fungsional dari beberapa bagian otak.

d.     Faktor-faktor dan resiko

Faktor yang meningkatkan risiko Anda mengidap penyakit OCD di antaranya:

Riwayat keluarga, orangtua atau anggota keluarga yang mengidap gangguan obsesif kompulsif akan meningkatkan risiko anaknya mengidap penyakit yang sama
Beberapa kejadian traumatis yang membuat Anda merasa tertekan secara emosional dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit OCD ini.

e.     Obat dan pengobatan
1.     Pemberian obat

Dokter mungkin akan memberi resep obat untuk mengontrol obsesi mental dan perilaku kompulsif. Biasanya, antidepresan atau obat pengurang stress adalah pilihan pertama, di antaranya:

·       Clomipramine (Anafranil);
·       Fluvoxamine (Luvox CR);
·       Fluoxetine (Prozac);
·       Paroxetine (Paxil, Pexeva);
·       Sertraline (Zoloft).



2.     Terapi perilaku kognitif

Jika Anda sering memiliki pikiran negatif, ini bisa membuat Anda menderita gangguan mental  dalam jangka panjang. Terapi kognitif dapat membantu Anda untuk menemukan kebiasaan bawah sadar yang menyebabkan pikiran itu terjadi. Selanjutnya terapi tersebut akan menuntun Anda untuk menemukan kebiasaan lain yang dapat digunakan untuk menghindari pikiran negatif tersebut. Saat cara berpikir Anda sudah berubah lebih baik, kemungkin gejala penyakit OCD sudah teratasi.

f.      Pengobatan di rumah
Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda untuk mengatasi gangguan obsesif kompulsif di antaranya:
·       bicarakan pada dokter Anda jika gejala semakin kuat atau bertambah buruk setelah penanganan dalam waktu tertentu
·       bicarakan pada dokter Anda jika terdapat gejala baru atau Anda merasa tidak nyaman saat mengonsumsi obat yang diberikan
·       lakukan olahraga ringan
·       minum obat yang telah diberikan oleh dokter meskipun Anda sudah merasa lebih baik. Berhenti mengonsumsi obat dapat mengembalikan gejala gangguan obsesif kompulsif
·       konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengonsumsi obat atau makanan tertentu
·       Jika Anda memiliki pertanyaan lain, konsultasikan dengan dokter untuk menemukan solusi terbaik bagi penyakit Anda